Terpilih Menjadi Tentor? Mimpi Macam apa Itu?

Ini adalah tulisan pertamaku setelah vakum dari dunia blogger selama beberapa bulan. Kalian tahu, tugas kuliah menumpuk seperti cucian baju yang harus segera dituntaskan. Ditambah lagi amanah dari Organisasi yang aku ikuti menambah kesibukan yang aku rasakan. Menjadi seorang mahasiswa merupakan suatu keinginan semua orang. Namun, satu hal yang harus orang-orang tanamkan dalam benaknya jika ingin menjadi seorang mahasiswa, yakni waktu untuk bersantai sangat minim, bahkan banyak waktu untuk keluarga kalian yang terpaksa ikut disita. Semua itu tentunya karena sebuah pengorbanan untuk menjadi seseorang yang sukses di masa yang akan datang.

Alhamdulillah, di tahun 2018 ini aku menginjakkan kaki di semester II setelah merasa cukup berhasil di semester I. Ada pencapaian dan target bulanan yang sudah aku rasakan sekarang di tahun 2018 ini. Ini bukanlah ajang flashback karena akhir tahun, tapi ini hanyalah sekadar menyampaikan ceritaku saja mengenai apa yang sudah aku dapat di awal tahun ini. Pencapaian sekaligus salah satu mimpi terbesarku bisa terwujud, yakni menjadis seorang Tentor. Pada pertengahan Maret 2018, aku mendaftar sebagai tentor di 4JO dan akhirnya bisa diterima. Semua itu adalah berkat dukungan dari diri sendiri, orang tua dan juga tentunya teman yang selalu mendukung kala duka dan suka. 

Menjadi seorang Tentor, tepatnya tentor Fisika menambah kesibukan dan rutinitas aku sehari-hari. Akhirnya, aku harus pandai-pandai untuk mengatur waktu agar semuanya bisa berjalan dengan baik dan sistematis. Aku selalu berpikir, bahwa yang harus aku lakukan adalah hal yang berfaedah. Untuk itu, aku harus memilah-milah mana yang menjadi prioritas utamaku dalam berkegiatan. Salah satu alasan mengapa aku menjadi Tentor fisika karena alasan kuliah di Departemen Fisika, Universitas Hasanuddin. Aku juga orangnya tak pandai-pandais ekali di bidang fisika, bahkan saat SMA awalnya aku paling benci dengan fisika, karena selalu mempertanyakan hal-hal yang kurang kerjaan, seperti kecepatan batu saat menyentuh tanah, ini bagi saya kurang kerjaan sekali. Namun, lama kelamaan ada kesadaran dalam diri saya bahwa dalam fisika itu hal yang sederhana itulah yang menjadi penyemangat untuk menghasilkan hal-hal yang besar.

Kalian tahu tidak, saat pertama kali aku memasuki ruang kelas untuk mengajar. Sumpah! Badanku keringat dingin, detak jantungku tidak harmonis, pandanganku buram dan merasa pusing. Bagaikan seseorang yang ingin memasuki ruang sidang seminar skripsi. Aku buka pintu dan masuk ke dalamnya dengan masih sangat tegang. Awal mengajar memang tak seindah yang aku bayangkan, apalgi kalau harus berurusan dengan siswa yang cerewet, tak mau berhenti bicara, rada-rada ngejek di meja masing-masing. Aku sedikit tersinggung dengan sindiran mereka, tapi lama kelamaan aku mulai mengacuhkannya.

Alhamdulillah, pengalaman pertama itu aku jadikan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya. Alhasil, aku mulai sedikit akrab dengan siswaku walaupun ada beberapa orang yang tetap saya anggap sebagai siswa yang dingin kepada saya. Namanya juga tentor baru, pasti banyak cobaan. Namun, inilah hidup yang penuh dengan tantangan yang harus aku hadapi untuk mencapai tingkat kedewasaan. Untuk itu, inilah tantangan yang harus dihadapi bukan malah lari dari tanggungjawab yang telah diberikan.

Aku selalu berprinsip bahwa aku harus selangkah lebih majudari teman-temanku tanpa melupakan mereka untuk sama-sama berjuang mencapai kesuksesan. Rupa-rupanya prinsip itu masih harus berapi-api untuk tantangan berikutnya dan juga tentunya target besar yang harus aku dapatkan berikutnya.

Comments

Popular posts from this blog

Kunci Jawaban OSk Kebumian 2016

Soal Sejarah Tentang Peradaban India bagian 1

Seven Days Queen, Drama yang Penuh Air Mata